DilahFadilah

Nur Fadilah

Senin, 22 Desember 2014

IBU





Jadi teringat empat belas tahun yang lalu ketika aku masih duduk di kelas dua SD dengan potongan rambut pendek seperti dora dengan tubuh yang tak terlalu besar, ketika itu aku masih berumur 6 tahun  dan sering kali menangis ketika pelajaran berlangsung dengan tangisan yang lumayan keras, Saat aku menangis ibu ku langsung menemui ku, karena rumah ku memang dekat dengan sekolah. Jadi kalau aku menangis ibu ku langsung tau karena cepat-cepat diberitahu oleh guru ku, Ibu ku bertanya kepada guru kelas ku “Kenapa lagi ini anak bu ?” guru ku hanya tersenyum dan menjawab “Biasa, ketinggalan nulis bu..”  Ibu hanya menggelengkan kepala nya,  “Gak apa-apa mungkin nangis mau pinter” Kata bu guru. Ibu segera merapikan buku dan alat-alat tulis lain ku, dan pamit kepada ibu guru untuk pulang. Aku pun digendong ibu dengan keadaan masih menangis, dalam perjalanan pulang ibu terus memarahi ku “Kebiasan banget lu nangis mulu, kalo ketinggalan nulis jangan pake nangis! tulis aja terus” (Orang betawi kalau ngomel emang gini) mendengar ocehan ibu ku sepanjang perjalanan pulang tangis ku makin menjadi, dan tak berhenti. Sampai di rumah aku di taruh di atas meja, masih tetap menangis dan tak mau diam, mungkin ibu kasihan juga melihat nya, ibu pun coba menenangi ku. Di gendong lagi aku olehnya, terucap kata-kata manis untuk membujukku agar tidak menangis lagi, sampai aku di bawa ke kamar dan tertidur pulas.
Sosok ibu memang super dan super, selalu membuat hati anak nya tenang dan selalu merasa dilindungi olehnya. Selalu kuat, selalu tegar, bersahaja dan sederhana. Sabar menghadapi anak-anak nya yang beda sifat tentunya. Gak ada yang bisa ngalahin ibu, Kedudukan Ibu adalah diatas segalanya setelah Sang Pencipta. Ibu yang setia nemenin anak-anak nya dikala senang maupun sedih, Ibu yang setia dengerin ocehan anak-anaknya dari kecil sampe gede kaya sekarang ini. Banyak kejadian-kejadian yang membuat ku tak pernah lupa sampai sekarang ini. Waktu kelas lima SD misalnya, saat potong rambut aku tak mau di potongi oleh ibu, karena takut terlalu pendek, dan akhirnya kakak perempuan ku yang memotong rambut ku, dengan sangat percaya dirinya dia memotong rambut ku, dan apa yang terjadi? haaa rambut ku yang tadi nya panjang sebahu menjadi sama dengan telinga, terlalu pendek, langsung aku bercermin, setelah melihat rambut baru ku, tangis ku langsung pecah menangis sesegukan dan dengan suara yang keras sambil berteriak ibu,ibudan ibu. Ibu ku hanya tersenyum dan memeluk ku, sambil berkata "Ibu bilang juga apa neng, sini sini di rapihin rambutnya" Ibu pun lanjut merapikan rambut ku dengan teratur, karena potongan kakak ku benar-benar jelek. "Udah diem jangan nangis lagi ah, dah besok-besok jangan di potong-potong ni rambut" kata ibu, sambil menyisir rambut ku, dan aku masih sesugukan menangis. Sampai sekarang pun umur 20 tahun rambut ku panjang dan tetap disisiri oleh ibu, sesekali potong hanya meratakan saja. Karena tidak boleh berambut pendek.
Beberapa tahun kemudian, ketika aku kelas sepuluh ibu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki nya patah. Lebih tepatnya tulang paha kanan nya patah, kecelakaan dimalam hari, bersama abang ku ketika ingin ke rumah sakit menjenguk nenek kami yang dirawat. Benar-benar syok mendengar kabar tersebut, kakak perempuan dan bapak ku langsung menuju ke rumah sakit, aku dan si bungsu ditinggal dirumah, di rumah kami tak bisa apa-apa selain menangis dan mendoakan ibu dan abang agar tidak terjadi apa-apa, tidur pun sudah tidak bisa kami terus menangis dan menangis. Pagi hari nya pun ibu sampai di rumah, dengan mata yang sembap dan wajah sedikit bengkak, mungkin karena terhantam mobil atau apa waktu kecelakaan semalam, ibu digendong untuk masuk ke dalam rumah dengan sopakan di paha kanan nya. Tak bisa berkata apa-apa, hanya menangis sambil memangdangi ibu. Ibu juga tak bicara apa-apa hanya memandangi anak-anak nya yang menangis dengan mata yang berkaca-kaca. Semenjak kecelakaan itu ibu melewati hari-hari nya dengan bantuan tongkat untuk berjalan, sampai sekarang pun masih menggunakan tongkat, sudah lima tahun tak bisa berjalan normal tapi ibu tetap kuat, dan masih tetap bisa melakukan apa saja layak nya orang yang berkaki normal. 
Semenjak kecelakaan itu terjadi, kegiatan ibu untuk pergi-pergian pun terbatas, seperti rapat di sekolah atau mengambil rapot anak-anak nya, terakhir mengambil rapot ku hanya sampai kelas sembilan, selebihnya tidak pernah datang lagi ke sekolah aku, adik dan abang ku. Sempat aku merasa iri pada teman-teman ku yang selalu ditemani ibu nya ketika mengambil rapot atau ketika ada acara-acara sekolah lainnya. Untungnya ada kakak perempuan ku yang setia dan menjadi pengganti ibu untuk menjadi wali aku. 
 Di tahun ke empat setelah kecelakaan kembali lagi harus masuk rumah sakit, ibu terkena penyakit yang lumayan parah, bersama abang dan kakak perempuan ku, kami menemani ibu dirumah sakit. Kantung empedu ibu terkena infeksi dan ada batu nya tapi batu nya masih sangat kecil dan bisa dihancurkan dengan obat tidak harus di operasi. Selama dua bulan ibu harus rutin meminum obat agar keadaannya cepat pulih, Infeksi pada kantung empedu nya pun hilang, tak lagi merasakan sakit yang menusuk di perutnya. Selang tiga bulan lama nya ibu kembali sakit, setelah periksa, rongsen dan cek darah ternyata paru-paru ibu flek dan harus rutin berobat dan minum obat selama enam bulan lamanya, sesekali aku melihat ibu menahan rasa sesak dan sakit, terkadang juga aku melihat ia mengusap air mata nya agar tak terlihat anak-anak nya, tetapi tetap saja masih terlihat bekas air mata nya. Ibu yang selalu menjawab "Gak apa-apa ,sudah mendingan, dan sudah enakan" ketika ditanyakan keadaannya. Selalu menutupi rasa sakit nya, dengan kata-kata itu dan selalu menguatkan dirinya sendiri. Dan tidak mau terlihat lemah didepan anak-anaknya.
 Begitu berat beban yang kau tanggung, tangisan kau jadikan senyuman, kesedihan kau jadikan kesenangan, begitu banyak rasa yang kau tahan, entah itu rasa cape, sedih, sakit, lapar atau yang lainnya hanya demi buah hati mu, bagi kami, kau diatas segalanya setelah Sang Pencipta... Sosok yang tak kan pernah tergantikan oleh siapa pun, teruslah tersenyum untuk anak-anak mu,  Air mata mu adalah kehidupan kami, dan kata-kata mu adalah masa depan kami... IBU ({}). Semoga selalu di beri kesehatan dan umur panjang ya bu.. :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar