DilahFadilah

Nur Fadilah

Selasa, 27 Oktober 2015

Kita hanya terikat oleh perasaan


Kita pernah seperti cinta dan benci, yang tak pernah bisa lepas satu sama lain. Kita pernah seakrab kelopak dan air mata, tidak peduli sedang sedih maupun bahagia. Hari-hari pernah selalu dipenuhi oleh kau dan aku  dan sama sekali tak merasa jemu.
Terbiasa akan hadirmu ternyata tak begitu baik untuk hari depanku. Membuatku selalu ingin berada di masa lalu, sebenarnya hati ini lelah ketika ingin menjauh dan melupakan rasa itu tapi hati ini begitu saja terjatuh padamu.
Ada yang berbeda, ketika mata kita saling bertemu di titik yang sama. Ada yang bergetar tanpa mengenal irama, kala sesungging senyum melebar, meski entah dipersembahkan untuk siapa. Pintu yang sudah tertutup entah siapa yang mengetuk, namun aku hanya berkeinginan untuk mempersilakanmu masuk. Mungkin aku terlalu mudah untuk mengatakan “iya”
Rasa ini tetap ada namun tak ku pungkiri ada yang berbeda, mungkin karena sudah adanya kehadiran nya. Sadar akan kehadiran nya tapi hati ini tetap berkeinginan merasakan hal itu, entahlah.
Pada kenyataan nya memang seperti ini. Aku yang ahli berpura-pura dan kita yang sama-sama menanam luka. Kita sadar akan hal ini, hal yang akan membuatnya terluka tapi apa mau dikata hati ini terus menentang apa yang telah ada hanya untuk keegoisan kita. Kita pun sadar, saat ini dan mungkin untuk seterusnya kita hanya terikah oleh perasaan.